Berita

KETAHANAN KELUARGA DI TENGAH PANDEMI

SUNARIASIH. POKJA II PKK KEDUNGKANDANG

Cholidahyuroh,SPD PLKB dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang pada Kamis,21 Oktober 2021 bertempat di Aula Kelurahan Tlogowaru melaksanakan kegiatan Pelaksanaan dan Pengelolaan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga ( KKBPK )yang akan berubah menjadi Bangga Kencana ( Permbangunan Keluarga Kependudukan Dan Keluarga Barencana ) dengan mengangkat tema Operasional Ketahan Keluarga Berbasis Poktan Kegiatan di Kampung KB Tlogowaru. Narasumber yang dihadirkan, pertama Sunariasih dari Pokja II PKK Kecamatan Kedungkandang dan yang kedua dra. Syahrotsa Rahmania Penyiar radio Madina FM 99,8 Masjid Jami’ Kota Malang.

Acara ini diikuti oleh 20  peserta yang merupakan ibu-ibu warga Kelurahan Tlogowaru. Dalam kegiatan kali ini, selaku ketua Pokja II PKK, menjelaskan bahwa Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Balita dapat mengalami stunting karena berbagai sebab. Tiga penyebab langsung tersebut, yaitu:

  1. Praktik menyusui yang tidak memadai dan pola makan yang buruk, ditambah praktik pengasuhan yang tidak optimal;
  2. Kebutuhan gizi dan perawatan yang tidak memadai bagi ibu dan perempuan hamil; serta
  3. Tingginya angka penyakit menular utamanya akibat lingkungan tempat tinggal yang tidak bersih dan tidak memadainya akses ke layanan kesehatan.

Faktor-faktor tersebut diperparah dengan tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan yang luas, dan angka pengangguran yang semakin meningkat kala pandemi Covid-19.

di era milenial seperti sekarang ini, penting sekali membentengi keluarga (khususnya anak-anak) dari berbagai dampak kemajuan teknologi informasi.

Sebagaimana diketahui bahwa semakin menjamurnya produk teknologi serba canggih seperti smartphone saat ini semakin memudahkan penggunanya untuk mengakses berbagai informasi dan berinteraksi secara bebas dalam dunia sosial media. Penanaman nilai-nilai agama (akhlak) dalam keluarga akan sangat berpengaruh pada cara bersikap dan berperilaku dari anggota keluarga kita terhadap segala bentuk kemajuan teknologi.

erbagai upaya untuk mengendalikan pandemi tersebut menimbulkan dampak signifikan di sektor ekonomi, kegiatan sehari-hari, dan seluruh aspek kehidupan anak.  Sunariasih menyatakan bahwa “anak-anak adalah korban yang tidak terlihat” mengingat adanya dampak jangka pendek dan panjang terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan, dan masa depan anak, salah satunya adalah dampak terkait gizi (Stunting).

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

SUASANA KEGIATAN

Balita dapat mengalami stunting karena berbagai sebab. Tiga penyebab langsung tersebut, yaitu:

  1. Praktik menyusui yang tidak memadai dan pola makan yang buruk, ditambah praktik pengasuhan yang tidak optimal;
  2. Kebutuhan gizi dan perawatan yang tidak memadai bagi ibu dan perempuan hamil; serta

Tingginya angka penyakit menular utamanya akibat lingkungan tempat tinggal yang tidak bersih dan tidak memadainya akses ke layanan kesehatan.

Pemateri selanjutnya dra. Syahrotsa Rahmania Penyiar radio Madina FM 99,8 Masjid Jami’ Kota Malang yang mengakat tema Ketahan Keluarga dalam perspektif Islam Pada situasi pandemi Covid-19, kerentanan yang dialami keluarga bersifat dinamis dan memiliki makna yang lebih luas. Kemampuan setiap keluarga dalam menghadapi pandemi Covid-19 berbeda – beda. Covid-19 memiliki dampak yang berpengaruh pada ketahanan ekonomi, sosial dan psikologis keluarga. Respon yang tidak tepat berpotensi memunculkan kerentanan baru dan akan memperburuk kondisi kerentanan yang sudah ada.

Keluarga berperan penting dalam mencetak generasi masa depan yang berkualitas dan sangat menentukan kualitas bangsa. Keluarga menjadi lingkungan pertama untuk mengenalkan cinta kasih, agama, moral, budaya dan sebagainya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian tiap individu dalam masyarakat. Terbentuknya keluarga berkualitas sangat penting untuk mendukung kualitas masa depan bangsa.

Beberapa intervensi yang dapat dilakukan dalam mendukung program pembangunan keluarga, antara lain :

  • Peningkatan akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak
  • Peningkatan kualitas remaja dan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga
  • Peningkatan kualitas lingkungan Keluarga

Pembangunan Keluarga merupakan isu strategis yang harus diperhatikan oleh semua pihak (lintas sektor dan pemerintah daerah), agar dapat mempercepat terwujudnya keluarga Indonesia yang berkualitas. #gitosuhar@tlogowarusaesaestu#

 

CHOLIDAHYUROH,SPD PL KB Kel. Tlogowaru