TlogowaruNews.Nawak Ngalam. Keberadaan kampung Wisata setelah melalui tahapan merintis dan pengembangan tentu perlu adanya suatu pemantauan. Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kota Malang perlu melakukan monitoring dan evaluasi, baik secara internal maupun eksternal. Hal ini untuk mengetahui apa saja capaian dan hal apa saja yang belum dapat direalisasikan.
Tujuan monitoring dan evaluasi dikampung Topeng adalah untuk mengetahui kesesuaian rencana program kerja yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan karakter. Lebih lanjut, kegiatan ini juga untuk mengetahui proses pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Wisata kampung sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dengan adanya monitoring dan evaluasi, wisata kampung Topeng juga dapat mengetahui keberhasilan dalam pencapaian target yang telah ditentukan.
Saat ini kondisi Kampung Topeng yang di resmikan tanggal 14 februari 2017 oleh walikota Malang yakni bapak Moch. Anton tengah mati suri pasca pandemi Covid-19 dua tahun yang lalu, sehingga perlu bantuan. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang menyiapkan beberapa langkah agar kampung tematik yang tidak beroperasi bisa bangkit lagi.
Kepala Dinas Sosial Kota Malang Dra Sri Wahyuningtyas MSi memaparkan, ada 23 kampung tematik di Kota Malang. Lima di antaranya masuk kategori maju, sedangkan lima lainnya berkembang. Kemudian ada enam kampung taraf bangkit. Sementara tujuh kampung lainnya mati suri, termasuk kampung Topeng
Untuk membangkitkan yang mati suri, pihaknya meminta kampung lain saling membantu. ”Perlu gotong-royong membantu membangkitkan kampung Topeng”
Lebih lanjut beliau memaparkan,” Dalam hal penanganan untuk kampung tematik yakni Kampung Topeng di wilayah Kecamatan Kedungkandang, Dinas Sosial, Perlindungan Perempuan dan Anak, Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang perlahan akan berupaya mengubah mindset atau cara berpikir para anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (gepeng).
“Mindsetnya yang harus diubah. Biarpun kita bina, kita razia, kita kumpulkan di dalam tempat camp, tetap aja dia akan kembali kalau mindsetnya nggak berubah. Tapi apapun memang harus kita sadarkan pelan-pelan supaya mempunyai kesadaran untuk bisa mandiri lah. Jangan hanya menjadi anak jalanan,”
Lanjut Yuyun, panggilan akrab beliau bahwa hingga sampai saat ini di Kampung Topeng diisi oleh para anjal dan gepeng yang menjalani pembinaan dan pelatihan. Jumlahnya sendiri hampir ratusan. “Kalau anjal, gepeng, yang sudah kita bina di Desaku Menanti (Kampung Topeng), itu sekitar 32 KK (kepala keluarga). Kalau jumlah orangnya hampir ratusan. Iya (100 lebih),” terangnya.
Di Kampung Topeng, dikatakan Yuyun bahwa anjal dan gepeng yang berada di sana diberikan pelatihan keterampilan untuk memberikan bekal bagi anjal dan gepeng agar lebih berdaya.
“Kita latih membuat topeng sederhana, menyablon kaus dan membuat kue”, paparnya
Selain itu juga akan dilakukan pemaksimalan peran dari LKS (Lembaga Kesejahteraan Sosial) yang menangani Kampung Topeng di Desaku Menanti, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang tersebut.
“Kampung topeng itu kan dikelola oleh LKS. Sehingga ya LKS yang berwenang di sana. LKS ada pengurusnya sendiri. Secara langsung tidak ada hubungan dengan Dinsos-P3AP2KB, tapi hanya koordinasi. Pembinaannya di bawah Dinsos-P3AP2KB,” terangnya.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Pokdarwis Jatim, Purnomo Anshori menegaskan bahwa Kampung Topeng bisa bangkit jika Dinas Pariwisata Kota Malang bersinergi dengan pihak ketiga dan juga harus menerapkan pola pendampingan
ia mengatakan meski dikelola secara mandiri, Anshori mengatakan stimulus dari pihak ketiga tetap dibutuhkan, namun dengan syarat. Stimulus ini harus berbentuk CSR.
Pewarta : gitosuhar